Rabu, 13 Juli 2011

HADIAH TERAKHIR UNTUK IBU

Aku adalah seorang gadis biasa dari keluarga biasa bahkan mungkin pendapat banyak orang mengatakan bahwa aku dan kehidupan sangatlah miris, aku sekarang kelas tiga SMA, aku hanya hidup dengan seorang Ibu, karena Ayahku telah lama meninggal dunia. Ibu ku hanya seorang penjual sayuran keliling dan aku setiap pulang sekolah harus bekerja dirumah makan dekat rumahku untuk membantu perekonomian Ibu ku. Itulah aku dan apa adanya, dan namaku adalah Gledi.
Suatu hari ketika aku akan pergi kesekolah aku tak sengaja melihat ibuku didepan rumah sedang mempersiapkan dagangannya.
“Uuh anak ibu mau berangkat sekolah ya? Tanya ibu kepada ku”
Akun pun menjawab” iya bu..” aku begitu bangga, terharu, sedih dan juga kagum dengan apa yang ibu lakukan untuku. Karena Ibu telah berjuang untuk membiayai aku sekolah dan membesarkan aku hingga saaat ini. Aku pun berfikir dalam hati “ibu aku pasti akan menjadi anak yang bisa engkau banggakan, aku janji”. Itulah janjiku pada ibu.
Setelah itu aku pergi kesekolah seperti biasa, disekolah seperti biasa aku sering diejek oleh teman-temanku karerna pakaianku yang sudah jelek, tas, serta sepatuku yang sudah tidak layak lagi dipakai lagi. Tetapi aku tetap sayang kepada mereka, karena jika mereka tidak mengejeku aku tak kan menjadi siswi di sekolah. Ketika istirahat ada seorang teman yang berkata padaku “ Gledi kenapa sih kamu tidak mau ganti seragammu?” dan aku hanya menjawab “ iya besok kalau aku sudah punya uang pasti aku akan ganti seragam yang baru”.
Hari itu aku merasa malu Karena temanku berkata bemikian, ketika pulang aku menangis di jalan, tetapi aku sadar mungkin ini adalah rencana tuhan dengan aku seperti ini aku pasti bisa dan aku harus mampu untuk bangkit, untuk berusaha lebih baik lagi kerena kau telah berjanji akan membahagikan ibuku.
Sesampainya aku dirumah ibu ku ternyata belum pulang, aku langsung ganti baju dan makan” Gledi berkata. Setelah makan aku langsung pergi untuk bekerja. Pekerjan ku yang hanya seorang pelayan tak membuatku malu karena yang terpenting aku bisa membuat ibu ku lebih ringan untuk biaya aku bersekolah. Ya walaupun sering sesekali aku merasa lelah jika setiap hari harus bekerja dan sekolah. Setelah pulang sekolah aku langsung mandi dan belajar karena sebentar lagi aku akan mengikuti UN dan UAS. Saat aku belajar tiba-tiba ibu masuk kekamarku dan berkata “ Apa kamu ngk lelah?” mendingan istirahat dulu…
Aku menjawab “ Aah ibu aku sudah terbiasa seperti ini “ sambil bersandar di pundak ibu. Lalu tanpa disadari ibu malah meneteskan air mata. Aku pun ikut menangis dan bertanya pada ibu “ ibu kenapa menangis?” dan ibu manjawab “ maafkan Ibu nak, seharusnya kamu tidak perlu seperti ini, seharusnya kamu sekolah dengan tenang dan hidup dengan enak”
“tidak bu, tidak apa-apa aku janji akan selalu bantu ibu “ kataku pada ibu.
Setelah itu aku dan ibu pergi tidur, dengan harapan esok harinya akan lebih baik lagi. Ketika pagi bangun, ibu belum bangun tidak seperti biasanya ibu selalu bangun pagi, ternyata ibu sakit dan terus-terusan batuk hingga mengeluarkan darah.
Aku bertanya pada ibu “ kenapa bu? Ibu kelihatannya semalam baik-baik saja.” Lalu ibu manjawab
“Ibu tak pa-apa nak”, sudah kamu cepat siap-siap kamu kan harus sekolah”.
Karena aku tak mampu membelikan ibu obat, maka aku hanya mampu membuatkan makanan dan minuman. Lalu aku pergi kesekolah.
Disekolah aku tidak bisa konsentrasi ke pelajaran karena kepikiran ibu yang sedang sakit dirumah. Aku takut terjadi apa-apa dengan ibu. Hingga temanku bertanya pada ku
“Gledi kamu kenapa kelihatannya dari tadi resah sekali” dan aku manjawab.
“ Aku kepikiran ibu ku yang sedang sakit, aku takut terjadi apa-apa dengan ibu”.
Sepulang sekolah aku tak bekerja aku ingin merawat ibu. Dan keesokan harinya aku tak sekolah aku membawa ibuku ke Puskesmas karena aku tak punya uang. Ketika diperiksa dokter berkata padaku.
“ Ibumu harus dibawa kerumah sakit” tapi aku hanya menjawab
“ Aku tak punya uang dok, jadi aku rawat sendiri ibu saja” lalu ibu aku bawa pulang.
Dan sesampainya dirumah ibu hanya bisa berbaring ditempat tidur saja. Aku sedih melihat keadaan ibu, dan ibu berkata “ Maafkan ibu nak karena selalu menyusahkan mu…” tidak bu, coba saja kalau aku dokter pasti kita tidak perlu sesusah ini” kata ku pada ibu.
“ kalau aku terus berdiam dengan ibu, mana sebentar lagi aku ujian lagi” kataku dalam hati. Jadi aku tidak boleh putus asa dengan keadaan ini, aku pasti bisa menghadapinya.
Hari demi hari pun terus berlalu, hari ujian pun tiba, walau pun ibu terus menerus sakit aku harus tetap berjuang agar bisa membei yang terbaik untuk ibu. Dan ujian selesai , aku tinggal menunggu hasilnya. Ketika aku duduk didekat ibu, ibu berkata pada ku’ nak bagaimana dengan hasil ujian mu?”
“ Belum keluar bu” jawab ku
“ Maafkan ibu ya… jika nanti tidak bisa membiayaimu lebih lanjut lagi?” kata ibu pada ku.
Aku hanya tersenyum dengan perkataan ibui dan berharap hasil ujianku memuaskan dan bisa mendapat besiswa untuk kuliah.
Hari pengumuman itu pun tiba dan ternyata harapanku terwujud, rasa tak percaya,bahagia dan bangga becampur menjadi satu. Dalam hatiku aku berkata “ ibu aku mewujudkan impian ibu, aku akan menjadi dokter, aku menjadi juara, aku akan kuliah dengan beasiswa ku…” dan aku pun menangis.
Setelah itu aku pulang dan sesampainya dirumah, ternyata depan rumahku ramai sekali banyak orang dan juga terpasang bendera kuning , aku terkejut dan penasaran. Dalam hatiku ada sesuatu yang hilang. Akhirnya aku masuk kerumah dan tak kusangka ibu. Telah terbaring dan tertutup kain. Aku menjerit dan menangis tak henti-henti aku ngk percaya bahwa ibu yang selama ini selalu ada dan selalu menjaga ku telah pergi untuk selama-lamanya. Padahal aku pulang membawa berita tetapi ibu tak sempat mendengarnya malah sudah prig terlebih dahulu.
Hal ini membuat aku lemah dan putus asa. Tetapi aku harus tetap bertahan demi ibuku yang jauh disana. Dan aku harus tetap berjuang melanjutkan cita-cita.

Karya : ILHAM SANI, S.Pd

HORMATI ORNG TUA MU

Seroja adalah nama sebuah desa yang indah, sejuk dan nyaman untuk di tinggali, disana banyak terdapat pepohonan, buah-buahan dan perkebunan yang hidup subur. Selain itu banyak petani yang mengadu nasib di desa itu. Namun desa seroja sangatlah jauh dari perkotaan, serta masih banyak terdapat bukit-bukit tempat tinggal para bintang, seperti babi, monyet, dan nyamang, bukit ini juga nyaman untuk dijadikan tempat rekreasi.
Keluarga bapak Samroni adalah salah satu warga yang disegani di desa Seroja. Karena sifatnya yang ramah, baik dan toleransi yang baik terhadap warga, baik yang sudah dikenal atau belum dikenal. Namun salah satu anggota keuarganya ada yang dibenci warga Seroja adalah anaknya yang bernama Ina. Walaupun dia seorang anak perempuan, namun dia memiliki sifat bandel dan nakal yang melebihi temanya. Dia tidak pernah bermain dengan teman sejenisnya, melainkan dengan lawan jenisnya. Biasanya dia bermain kelerang, layangan, bahkan bermain disungai. Dia selalu membuat ulah pada Ibu, ayah dan teman-temannya. Tetapi dia sangat takut jika ulahnya diketahui oleh ayahnya, karena ayahnya yang selalu bersikap tegas dan tidak segan-segan memukulnya jika Ina berbuat salah.
Karena Ina sangat nakal, banyak warga megatakan bahwa, “Buah Apel jatuh tidak jauh dari pohonya” Menurut mereka Ina sama seperti Ayahnya saat masih anak-anak.
Pada hari tepatnya hari minggu sekitar pukul 07.00 Ina telah bangun dari tidurnya yang lelap. Ibunya merasa heran , tak biasannya Ina bangun sendiri seperti ini. Padahal pada hari biasa dia selalu saja bangun siang .
Melihat raut wajah ibunya, dengan segera ia meredam keheranan, “ Ibu ngapain? Kok liat Ina sambil heran?” Protes Ina.
“Tumben kamu bangun pagi,? Engak biasannya.” Sahut ibu sambil bertanya
“Ya iya dong! Kan Ina Mau..Mau..” jawab Ina dengan ragu.
“Hayo mau ngapa, ngaku?” goda ibu pada Ina yang membingunkan
“Ngak kok bu, ina Cuma mau mandi pagi aja biar seger, kan hari ini, hari minggu,, hehehe…” alasan Ina untuk membohongi ibu.
Ibu hanya menggelengkan kepala melihat Ina sambil pergi kedapur untuk masak dan menyiapkan sarapan pagi, lalu ina pergi kekamar mandi sembari berbicara sendiri dengan suara lembut.
“Untung aja, aku ngk kecelosan ngomong, kalau aku ada janji sama temen-temen mau mandi disungai nanti siang, hehe..” ujar Ina sambil tersenyum. Hingga sampai dikamar mandi untuk bernyanyi dengan suarannya sangat merdu seperti suara piring pecah. “na…nanana…!” Ina menyanyikan sebuah lagu kesukaanya.
Ibu ina terkejut mendengar ada suara orang bernyanyi diruang belakang dekat kamar mandi. Dengan segera ia menuju sumber suara itu.
Tak biasannya aku mendengar suara orang bernyanyi. Sungguh jelek sekali suarannya, jangan-jangan ada orang gila .”Kata Ibu Ina mengejek. Ternyata suara itu berasal dari kamar mandi “
“Nanana….!” Ina bernyanyi
“ Ina…! Panggil Ibu. Seketika Itu Ina menghentikan nyanyiannya.
“Iya … ada apa bu? Sahut Ina sambil menggosok badannya
“ O…. kamu to yang nyanyi?” Tanya ibu
Dengan malu Jna menjawab “ Iya bu.”
“Pantes, suarannya jelek banget kayak piring pecah , Ibu kira tadi orang gila” Goda Ibu pada Ina
dengan kesal sembari tersipu Ina menjawab.
“Enak aja ibu ini orang suara ina bagus kok, kayak anggun artis Interasional, Malah dibilang jelek, ibu ini katrok “
Ibu hanya tersenyum-senyum dan pergi dari kamar mandi menuju dapur kembali untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Selesai mandi, ina tidak menuju kamarnya untuk berganti pakaian. Tetapi, dia menghampiri ibunya sambil melihat sarapan yang telah disiapkan
“ Door…!” ina mengejutkan Ibunya.
“e…, moncrot … e, moncrot.. Ina!” seru Ibu dengan terkejut.
“He he he. .. kaget ya bu? Makanya jangan ngelamunin ayah! “ goda ina sambil tertawa kecil.
“Enak aja ibu ngk ngelamun,.” Jawab ibu kalem.
“ Alah … Ibu bohong ya? Atau jangan-jangan pengen denger lagi suara Ina yang merdu, iya akan…? Tertawa kecil melihat ibunya yang salah tingkah.
“ya ampun, suara kamu jelek, kok didengerin. Dah ah, sana cepet ganti bahu, nanti kedinginan, masuk angin , lalu panggil ayahmu untuk sarapan pagi.
“cepetan!” seru ibu dengan segera.
“Iya-Iya” sahut ina dan berlaku dihadapan ibunya.
Beberapa saat kemudian, Ina selesai mengganti pakaian dan segera memanggil ayahnya untuk sarapan pagi.
“eheek … wuaakk” suara Ina bersedawa setelah makan.
“ Ina ..! kamu itu ngk sopan sekali, didepan orang tua kok malah kayak gitu. “ Ayah menegor Ina.
“Iya-iya, yah, Ina minta maaf, abis kenyang banget si” sahut Ina sambil mengerutu.
“besok jangan ulangi lagi yah?” nasihat ibu dengan lembut.
“Iya bu Ina minta maaf” hawab ina memelas.
Siang pun menjelang, Panas mentari mulai menyangat, Ina perlahan-lahan mulai melangkahkan kakinya untuk pergi bermain menemui teman-temannya.
Tepat ketika aku melangkahkan kakinya keluar pintu tiba-tiba dari arah belakang ayahnya memanggil.”
“ ina, sekarang sudah siang, waktunya istirahat, cepat sana tidur siang, tidak usah main, nanti sore saja mainnya, seru ayah.
Ina terkejut dan menoleh kebelakang, “Ayah! Iya yah, “ sahut Ina sembari tersipu malu serta membalikan langkah kakinya. Ehemm…”tambah besar bukannya berfikir malah tambah nakal” kata ayah meninggalkan Ina, menuju kamar untuk beristirahat.
Ketika sampai didepan pintu kamar, Ina menoleh kekanan dan kekiri serta berkata, “ayah udah pergi belum ya?” . dengan sangat hati-hati dia melangkahkan kakinya untuk keluar rumah kembali. Dengan was-was akhurnya ia berhasil keluar rumah. Lalu dia menuju rumah temannya. Disana. Sesampainya, mereka segera menuju sungai dan mandi sambil bermain disana.
“ Byar…Byur.. jebur! Suara air sungai saat ina menjeburkan dirinya.
“hore… hahaha.. asyik!” ina berenang dengan semangat tanpa melihat ada temanya berada didepannya.
“ Au…! Dasar tolol kamu, udah tau aku lagi berenang malah nabrak. Goblok kamu!” seru ina membentak temanya.”Iya maaf, aku ngk sengaja “ sahut temanya sambil ketakutan.
“Udah sono pergi, awas deket-deket aku lagi” bentak ina
Temannya pergi menjauh dari ina.
“tak terasa hari menjelang sore, ina bersama teman-temanya segera menepi dari sungai.
“Eh temen-temen, enak ya berenang disini, besok lagi yuk?” seru salah seorang teman Ina
“Iya enak tahu.” Jawab ina serentak denga temennya yang lain.
Dirumah ina. Orang tuannya gempar, mereka sibuk mencari Ina yang tidak ada dikamar, bahkan mereka telah mencari kerumah teman-teman ina, barang kali ada disana.
Dasar anak bandel, disuruh tidur malah main, pasti kabur kesungai ini.
Awas kalau ketemu gerutu ayah ina dengan kesal
Tiba-tiba dalam perjalanan, ayah melihat ina sedang asyik berbincang-bincang dengan temannya. Dengan segera, disertai rasa kesal, ayah memanggil ina dan berkata” Ina, pulang. Dasar anak bandel, disuruh tidur malah main disungai.” Ina tersentak dan menoleh kesumber suara tersebut.
“ haa … ayah!” ina terkejut dengan tergesa-gesa ina lari secepat kilat menghindar dari ayahnya karena takut dipukul. Tak pedulikan orang yang menyumpah-nyumpah, karena hampir tertabrak olehnya. Yang dia pikirkan adalah bagaimana caranya agar dia terhindar dari ayah dan tidak dipukul. Dia berlari hingga tersengal-sengal, karena kejar-kejaran dengan ayahhya.
“mau lari kemana kamu? Dibilangin malah bandel” sahut ayah dengan membentak sambil mengejar ina.
“ Mampus aku, mati aku, ayah… ampun!” teriak Ina serta berlari
Akhirnya ina menyerah dan berhenti seketika
“ayah, ampun ! aku minta maaf “ kata ina menangis
“ ina janji ngk akan mengulangi lagi, suerr!” rengek ina dengan wajah memelas.
Ayah pun tidak tega melihat anaknya yang menangis dan meminta maaf .
“ ya sudah, cepat pulang ibumu khawatir pada mu. Sudah sore tidak pulang ayah takut terjadi sesuatu pada kamu.” Kata ayah sedikit membentak.
Dalam pejalanan ina mengangis tanpa henti karena takut pada ayahnya.
“ sudah jangan menangis terus. Ayah tidak akan memukul dan memarahinya jika ina menuruti perintah ayah.
Didepan rumah ina, ayah menarik tangan ina untuk masuk kerumah dan memarahinya hingga ina menangis tersedu-sedu. Melihat hal itu ibu menasehati ayah agar jangan berlebihan memarahinya.
“ sudah lah yah, ina kan sudah minta maaf, ?” kata ibu ina menenangkan ayah.
“ biarin, anak ini nakal sekali, kalau ngk dimarahin abis-abisan nanti dia semakin menjadi-jadi” jawab ayah yang semakin marah.
“ sabar yah, walaupun bagaimana, ina masih anak kita, kasihan dong yah, lihat dia nangis sampai tersedu-sedu. Lagi pula dia kan masih kecil. “ balas ibu dengan lembut.
“ he egh… ayah menghembuskan nafas dan pergi meninggalkan mereka berdua didalam rumah.
“ina dengar ibu ya? Ina ngk boleh nakal lagi ya? Kalau di perintah ina harus mau, jangan bandel. Nanati ada akibatnya. Liat sekarang ayah kasihan, dia sudah mendidik kamu supaya kamu menjadi anak penurut dan baik. Eee… kamunya malah bandel dan nakal. Kamu jangan ulangi lagi yah ?” nasihat ibu dan memeluk ina dengan lembut.
“ i… ya bu ina janji, ina ngk akan ulangi lagi, bu!” jawab ina sambil menundukan kepala dan menangis.
“ sudah jangan nangis terus, nanti matanya bengkak kayak mata kodok.” Goda ibu menghibur ina
“ihh… ibu ini lo,” ina tersenyum dan malu
“nih, minum dulu air putih, supaya ngk sakit tenggorokannya, kan ina abis nangis.” Ibu memberika segelas air putih kepada ina.
“ nah mendingan sekarang ina minta maaf sam ayah. Mumpung ayah sudah ngk marah lagiu, “ kata ibu, kalem.
“ iya bu. “ jawab ina sambil menghampiri ayahnya.
Ayah duduk diteras sambil melamun memikirkan sikap ina yang semakin hari semakin nakal. Lalu tersentak dari lamunannya, saat mendengar ada suara memanggil.
“ Ayah… ina minta maaf ?” saut ina dengan raut wajah dan suara memelas.
“ o… kamu to nak. Iya ayah maafkan, asalkan kamu janj, tidak akan nakal lagi? Sahut ayah dengan wajah terharu
“ beneran yah?” Iya, ina ngk akan ulangi lagi dan ngk akan bandel, nakal, janji!” ina tersenyum gembira.
“ iya“ jawab ayah dengan bangga pada ina yang sudah berani meminta maaf.
Kini, Ina merasa lega, hatinya kembali tenang dan tidak nakal seperti dulu lagi. Ina sangat menyesal atas perbuatannya dulu yang tidak mendengarkan perintah orang tuanya. Ina bersyukur pada Tuhan, yang telah memberikan kedua orang tua yang peduli dan sayang padanya. Kini dia sudah dibenci oleh warga lagi dan menjadi kebanggaan orangtuanya atas perbuatan sikapnya.

Karya : ILHAM SANI, S.Pd (Bimbingan Knseling)

Senin, 12 April 2010

Masih Adakah Pemimpin yang Sejati ?

Masih adakah pemimpin yang sejati ?
pemimpin yang mengutamakan rakyat dari dirinya
pemimpin yang rela berkorban dengan harta dan nyawa
pemimpin yang tidak banyak mengobral janji
pemimpin yang menepati janji dan mengemban amanah
Masih adakah pemimpin yang sejati ?
Pemimpin yang rendah hati dan berakhlak mulia
pemimpin yang cerdas dan dapat dipercaya
pemimpin yang pemberani dan bermental baja
pemimpin yang halus hatinya dan menjaga kehormatannya
Masih adakah pemimpin yang sejati ?
Pemimpin yang hanya takut pada Allah
pemimpin yang bertakwa dan bertawakal pada Allah
pemimpin yang rajin shaum dan tahajut pada Allah
pemimpin yang doanya terus mengalir pada Allah
Pemimpin yang mengutamakan Allah dari nafsunya
pemimpin yang selalu ingat hari kiamat
pemimpin yang takut neraka dan sangat senang ditegur
pemimpin yang minta dibantu bila benar
Masih adakah pemimpin yang sejati ?

“Hebatnya Pemimpin Kita”

kemiskinan merajalela
banjir kian merambah
kebakaran ikut-ikutan
penggusuran terus-terusan
macet tak berkurang
jalanan makin berantakan
bbm turun karena paksaan
BUMN laku dijual
utang sampai triliunan
salah tangkap, bisa ya ?
dukun pengganti dokter
orang miskin tak boleh sakit
orang kaya ke luar negeri
janji partai erus berkobar
dan…
teroris sejati disambut sangaaat baik …!
Astaghfirullah …
betapa hebat pemimpin di negeri ini

MENJUAL RAKYAT KECIL

Sudah tidak asing lagi bahwa musim kampanye adalah musimnya ‘menjual’ penderitaan rakyat kecil, seperti para petani, kemiskinan, sekolah dan yang sejenis.
Bahkan banjir yang melanda di berbagai kota pun sudah ‘dijual’ akan diperbaiki.
Tapi pada kenyataannya, jangankan membantu rakyat kecil, membantu diri sendiri pun banyak yang tidak mampu karena membengkaknya hutang semasa kampanye
dan membludaknya proposal orang-orang yang menuntut janji.
Kalau sudah begini, apa yang bisa diandalkan ?
Tapi saya tidak putus asa untuk tetap berdoa, suatu saat nanti pasti akan datang masa para pemimpin yang bisa membuktikan seluruh janjinya. Bukankah roda terus berputar ?

Tak ku temukan

Sepi sebrangi malam
Tunjuk jalan diantara remang-remang
Tangis rintih perih berangkat pulang
Ujung senja ku mengulang
Harusnya menepi pagi,tapi tak pantas
Tepikan saja semampuku,semauku
Agar Tuhan tak menghukumku
Sampai seharusnya waktu kan menghentikan ceritaku

DI ANTARA DUA

Di antara dua, aku harus memilih
Entah satu baik atau buruk
Aku tak bisa berdiri di antara keduanya
Dan aku menentukannya
Di antara dua, aku harus masuk
Entah satu mudah atau sulit
Aku tak bisa bergelut di antara keduanya
Dan aku meratapinya
Di antara dua,aku harus berjuang
Entah satu manis atau pahit
Aku tak berhenti meraih satunya
Dan aku tak ingin kalah