Kamis, 06 Agustus 2009

Keluarga Sebagai Basis Manajemen Sosia

Kita bersyukur apabila kita merasa “nyaman” tidur di rumah dari pada di hotel sendirian, atau anak-anak kita cepat-cepat minta pulang setelah 3 hari tidur di rumah orang lain. Sebaliknya kita patut bersedih dan mengoreksi diri jika kita mulai tidak nyaman di rumah, atau anak-anak kita lebih senang main di rumah orang lain.

Untuk hal yang kedua, sudah saatnya kita membenahi dan bertanya, “Ada Apa Dengan Rumah (keluarga) kita” (AADR bukan AADC).

Namun untuk hal yang pertama, perlu kita pelihara kondisi itu untuk selamanya agar rumah kita tetap sebagai “home sweet home” bagi semua anggota keluarga kita dan bahkan untuk orang lain.

Di dalam rumah seperti ini keharmonisan sudah tumbuh, komunikasi antar keluarga sedah terbentuk, anak akan curhat pada ibunya atau kakaknya. Bapak punya rejeki dari kantornya pingin cepet-cepet membuat rencana yang indah dengan keluarganya. Di hari minggu ibu ingin sekali membuat menu istimewa untuk putrinya yang sedang berulang tahun.

Semoga gambaran diatas membuat kita sepakat dengan “home sweet home”, yaitu keluarga sebagai tempat yang paling “nyaman” untuk dijadikan membangun rencana, tempat anak-anak curhat pada orang tuanya, tempat bapak pertama kali membawa kabar gembira kenaikan pangkatnya, tempat ibu pertama kali mencoba resep baru.

Mari kita wujudkan “home sweet home” di rumah kita.

Keluarga harus di-manage (dikelola)

Keluarga seperti diatas tidak dengan sendirinya terbentuk. Untuk itu keluarga kita perlu dikelola. Tapi keluarga kita sudah berumur 5 tahun…10 tahun…. atau bahkan 15 tahun. Terlambat dong!…Tidak ada kata terlambat.

Pertama yang ingin FEDUs sampaikan bahwa keluarga kita perlu dikelola. Seperti mengelola perusahaan. Mengapa ?. Karena keluarga kita adalah perusahaan kita yang pertama, jika tidak kita kelola investasi yang kita tanam tidak akan membuahkan keuntungan untuk kita dan anak-anak kita.

Mungkin dari kita ada yang bertanya, kok keluarga disamakan dengan perusahaan, terus ada investasi lagi. Betul…….pola pikir kita hendaknya dirubah bahwa keluarga kita ini bukanlah suatu lingkungan yang sudah ditakdirkan ada dan rejeki mesti ada dan diturunkan oleh Allah SWT tanpa kita kelola. Kalau itu yang menjadi anggapan kita, mungkin perlu kita kenali kalimat Allah “Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka….” dan “sesungguhnya Allah tidak akan

merubah nasib suatu kaum sehingga kaum itu sendiri yang merubahnya” (Al-Qur’an).

Lalu apa yang dimaksud dengan investasi yang telah kita keluarkan. Menyekolahkan anak di sekolah formal, sekolah informal, TPA, segala permainan dan kepandaian yang kita berikan pada anak kita dan istri/suami kita, itulah investasi kita. Memang itu kewajiban kita. Namun jadikan kewajiban yang berkah untuk masa depan kita, anak kita nantinya dan menjadi rohmatan lil’alamin. Cita-cita yang sangat diharapkan dari Allah SWT.

Jadi…. bagaimana dengan perusahaan kita, keluarga kita?…..

FEDUs akan berbagi informasi semoga bermanfaat.

Sebagian kita sudah kenal dengan manajemen (pengelolaan). Mengelola atau me-manage keluarga perlu juga memperhatikan aspek-aspek menajemen. Yaitu ada perencanaan, operasional, organisasi, koordinasi, pengendalian & pengawasan, penganggaran.

Itu teori manajemen….benar. Bukankah ilmu Allah itu untuk makhuknya dibumi ini tanpa terkecuali.

Mari kita kupas sedikit

Perencanaan

Masa depan keluarga tergantung pada bagaimana kita merencanakan. Dalam penerapan ilmu menejemen, nabi telah mengajarkan melalui haditsnya: “barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia tergolong orang yang beruntung. Barang siapa yang hari ini sama saja dengan hari kemarin, maka ia tergolong orang yang merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia tergolong orang terlaknat”.

FEDUs mengutip artikel dari tabloid MQ (rubrik keluarga sakinah). Dalam artikel yang berjudul “merancang masa depan keluarga”, ada beberapa langkah untuk merancang masa depan. Yaitu: pertama mengenal gambaran masa depan. Kedua, mengenal dan memahami keadaan diri sendiri. Ketiga, menjabarkan beberapa alternatif tindakan. Keempat, mengkaji tiap alternatif yang telah dijabarkan. Kelima, mengadakan persiapan. Sepertinya langkah-langkah ini perlu kita teladani. Karena kita tidak ingin keluarga kita terjerumus pada kondisi yang tidak diinginkan, dikarenakan arus lingkungan yang negatif. Dengan perencanaan yang matang, masa depan keluarga yang lebih baik Insya Allah akan terwujud. Namun ada hal lain yang tak kalah pentingnya, yaitu bagaimana mewujudkan perencanaan itu dalam tindakan nyata.

Operasional

Untuk merealisasikan perencanaan yang ada, perlu adanya tindakan yang nyata. Pekerjaan yang sulit adalah memulai sesuatu. Namun jika kita mau memulai Insya Allah kesulitan dalam melaksanakan apa yang kita rencanakan akan menemui jalan. Tidak ada yang lebih jelek dari pekerjaan yang tidak diselesaikan kecuali pekerjaan yang tidak pernah dimulai.

Organisasi

Anggota keluarga yang paling ideal adalah adanya bapak, ibu, dan anak. Jika ternyata dalam keluarga terdapat kakek/nenek atau tante harus kita masukkan sebagai anggota keluarga. Anggota keluarga adalah unsur organisasi yang masing-masing mempunyai peran dan fungsi sendiri-sendiri. Sudah saatnya anak bukan lagi obyek dalam keluarga dan orang tua sebagai subyek dan bertindak otoriter. Karena keluarga kita dibangun untuk kehidupan yang panjang. Anak-anak kita hidup di masa yang berbeda dengan kehidupan kita (Al-Hadits). Munculkan peran setiap anggota keluarga yang sinergis (saling bekerja sama dan tergantung) agar kebaikan dan kemajuan keluarga menjadi cita-cita bersama dan hasilnya dirasakan bersama.

Koordinasi

Komunikasi merupakan modal pokok dalam mengelola keluarga. Komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan menimbulkan koordinasi yang positif. Kalau kita sudah bisa menjadikan anggota keluarga sebagai bentuk organisasi yang saling bersinergi (bekerja sama) setiap saat perlu adanya koordinasi (saling mengingatkan dan menasehati) dalam operasionalnya. Suatu saat ibu dapat menjadi pimpro (pimpinan) dalam acara liburan di puncak. Disaat lain kakak juga berhak menjadi pimpro pada acara tahun baru. Atau dalam kegiatan beres-beser rumah bapak lah pimpronya. Dengan begitu saling koordinasi menjadi suatu kebiasaan yang menyenangkan.

Pengendalian dan pengawasan

Orang tua mempunyai kewajiban untuk mendidik dan membimbing anak-anak, mempunyai hak untuk memberikan pengawasan. Meskipun pengawasan dapat diberikan pada siapa pun dalam anggota keluarga. Adik wajib mengingatkan jika kakak belum melakukan pekerjaannya membuang sampah. Atau kakak wajib mengingatkan bapak jika saking asyiknya beres-beser mobil lupa belum sholat dzuhur. Dan sebagainya.

Penganggaran

Dalam setiap kegiatan dalam keluarga diperlukan biaya. Mulai dari keperluan pendidikan, makan, kesehatan hingga kegiatan wisata. Perencanaan keuangan menjadi perlu untuk dipelajari agar kepentingan dalam keluarga dapat tercukupi. Skala prioritas perlu diajarkan pada anak-anak. Pemenuhan skala prioritas dapat menjadi pendidikan pertama pada anak-anak dalam mengelola uang.

Pendidikan bukan hanya untuk anak, tetapi orang tua terlebih dahulu yang harus belajar

Mengelola tidak lepas dari ilmu. Untuk itu kita sebagai orang tua sebelum membimbing anak, kita harus belajar terlebih dahulu. Kita perlu tahu gambaran masa depan yang ada di sekitar kita. Cara memperoleh gambaran masa depan, kita dapat bertanya pada pihak yang dipandang mengetahui, membaca buku-buku yang relevan, mengunjungi, mengkaji pengalaman orang lain, merenungkan pengalaman diri sendiri dan sebagainya. Pendeknya kumpulkan berbagai informasi yang cukup relevan berkenaan dengan gambaran masa depan.

Sehingga perlu kiranya kita belajar untuk membekali diri kita sebelum kita memberi pelajaran pada anak kita. Bagaimana kita akan menjawab pertanyaan anak kita tentang air kalau kita tidak tahu sama sekali tentang air. Bagaimana kita akan membantu masalah anak kita kalau kita tidak mengenal permasalahan anak-anak dan remaja disekitar kita saat ini. Perlu kita menjadikan referensi kejadian-kejadian disekitar kita agar kita sebagai orang tua tidak canggung membantu permasalahan anak kita yang sekarang mulai remaja dan dewasa.

Keluarga mereka merupakan bagian dari keluarga kita

Ada satu buku yang menjadi pegangan FEDUs yaitu “It’s take a vilage”. Buku ini ditulis oleh Hillary Clinton (istri mantan presiden Amerika Serikat). Dalam buku itu menyebutkan bahwa, untuk mendidik seorang anak kita perlu mendidik satu kampung. Sepertinya hal ini sudah ada di negara kita, tapi itu 20-30 tahun yang lalu. Pada saat kita kecil kita tidak hanya didik oleh orang tua kita tetapi juga tetangga kita ikut mendidik, memperhatikan, mengawasi dan bahkan melindungi kita. Cobalah kita ingat,….. jika kita jatuh kita langsung ditolong oleh siapa saja yang ada disekitar kita, jika kita bertindak salah akan dikoreksi oleh siapa saja disekitarkita saat itu, meskipun bukan orang tua kita.

Di lingkungan kita sekarang yang serba individual ini apakah hal seperti itu masih ada? …mari kita jawab…

Jika ada seorang anak berkata jorok/salah, apa yang kita ucapkan ?… “dasar anak si X”. kenapa kita tidak memanggil anak itu dan meluruskan dan menasehatinya. Kenapa tidak kita ajak anak tetangga kita yang tidak beruntung belajar dirumah, mengaji dirumah. Satu hal yang perlu ditanamkan terlebih dahulu adalah, anggaplah lingkungan kita saudara kita, maka jika mereka sakit kita akan ikut sakit, jika mereka lapar kita akan ikut lapar dan sebagainya. Saling menasihati dalam kebaikan dan kesabaran (Al-Qur’an). Mungkin sekarang kita sulit untuk berharap anak kita ikut dididik oleh tetengga kita, maka FEDUs usulkan mulailah dari keluarga kita untuk turut mendidik anak-anak lain meskipun bukan keluarga kita. Karena anak kita hidup diantara mereka. Kalau kita tidak mendidik mereka akan timbul kepincangan. Dan saya yakin Allah diatas sana menghitung amal baik kita, karena anak-anak mereka adalah makhlukNya juga yang tetap wajib kita perhatikan.

Manajemen keluarga adalah manajemen social

Jika kita sudah mulai mengelola keluarga demi kebaikan masa depan keluarga kita dan kebaikan masyarakat, manajemen besar akan terbentuk dengan sendirinya dalam masyarakat kita. Subhanallah………………., sungguh akan menyenangkan sekali jika keluarga kita menjadi keluarga yang harmonis dan selalu memberikan kebaikan pada lingkungannya (rahmatan lil’alamin) Dan kebaikan hari ini selalu lebih dari hari kemarin dan selanjutnya keluarga di VBI II membagi kebaikan di sekitar Vila II. Pada ujungnya kualitas lingkungan kita, wilayah kita dan bangsa kita menjadi bangsa yang rahmatan lil’alamin. Amin…amin ya rabbal ‘alamin.

Keluarga kita……..bisa!

Apakah kita bisa mulai?………..

Mari kita tengok keluarga kita, ada bapak, ada ibu ada anak dan angota lain. Kita ingin masa depan kita cerah, kita pingin anak kita tamat sekolahnya dan mendapat pekerjaan, kita ingin punya cucu dan akhirnya kita pingin hidup kita bahagia dunia dan akhirat. Apakah kita punya rencana untuk keluarga kita?……. Dengan berusaha hari ini lebih baik dari hari kemarin, FEDUs yakin Insya Allah bisa. Anda ingin berbagi ilmu dengan keluarga lain dalam bentuk tulisan ?, hubungi FEDUs, bersama kita bangun anak, keluarga dan lingkungan yang mampu menjadi rahmatan lil’alamin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar