Selasa, 13 Oktober 2009

Jalinbar Putus Total


KOTAAGUNG (Lampost): Jalur lintas barat (jalinbar) yang menghubungkan Kabupaten Tanggamus dengan Lampung Barat putus total karena di sejumlah tempat ambles hingga 20 meteran. Untuk memperbaikinya, dibutuhkan waktu sekitar dua bulan.
Sedikitnya ada empat titik jalinbar yang terputus karena badan jalannya ambles. Keempat titik tersebut berada di Kecamatan Semaka, Tanggamus, tepatnya di kilometer 126; 126,2; 127; dan 129,2.
"Kerusakan badan jalan sebetulnya tersebar di lebih dari 24 titik. Umumnya badan jalan ambles sekitar 15 cm. Bahkan, ada yang ambles sampai 20 meter karena longsor ke jurang," kata pengawas lapangan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Provinsi Lampung, Daryono, kemarin.
Kerusakan terparah berada di kilometer 129,2 yaitu di Desa Sedayu, Kecamatan Way Semaka. Di lokasi tersebut, panjang jalan yang ambles mencapai 25 meter. Dengan demikian, jalinbar yang menghubungkan Tanggamus dengan Lampung Barat terputus total.
Untuk membuka kembali jalur itu, pihak Perencanaan dan Pengawasan Jalan dan Jembatan (PPJJ) Provinsi Lampung akan merelokasi ruas jalan yang ambles ke sisi kanan jalan meski sedikit berisiko tertimpa longsor susulan.
"Untuk sementara, agar jalinbar bisa berfungsi, kami terpaksa merelokasi jalan ke sebelah kanan ke arah tebing bukit. Tidak ada cara lain. Kami juga tidak mungkin merelokasi jalan yang ambles itu karena kondisi topografinya tidak memungkinkan. Jadi, terpaksa trase jalan yang lama yang tetap kami pakai," kata Subagio.
Selama PPJJ membuka jalan alternatif, jalinbar ditutup seminggu. "Untuk seminggu ke depan, jalinbar masih ditutup. Setelah itu bisa dilalui, tapi hanya untuk kendaraan ringan saja," kata dia.
Untuk perbaikan ruas jalan yang ambles, PPJJ membutuhkan waktu sekitar dua bulan. Saat ini, PPJJ masih mengestimasi biaya yang dibutuhkan untuk memperbaiki ruas jalinbar yang rusak berat akibat longsor.
Koordinator analisis Stasiun Klimatologi Masgar, Goeoroeh Tjiptanto, Selasa (6-10), mengatakan kawasan Wonosobo dan Way Semaka di Tanggamus memang memiliki curah hujan tinggi.
"Karakteristik curah hujan di Wonosobo dan Way Semaka memang seperti itu. Awan-awan konventif mudah sekali terbentuk sehingga jika terjadi hujan, langsung deras. Ditambah lagi, struktur tanah yang labil membuat daerah ini rawan longsor," kata Goeroeh.
Sementara itu, tujuh alat berat telah dikerahkan untuk membuka kembali badan jalan yang tertimbun longsoran sepanjang 3,5 km, belum bisa berbuat banyak.
Hujan deras yang terus turun sepanjang hari mengakibatkan timbunan longsoran berupa material lumpur, kayu, dan bebatuan makin banyak.
Bupati Tanggamus Bambang Kurniawan yang kembali meninjau lokasi, mendampingi anggota DPR dari daerah pemilihan Tanggamus, Lampung Barat, dan Lampung Selatan, Zulkifli Hasan, meminta warga tetap waspada karena banjir bandang mengingat hujan masih terus turun. "Semua langkah-langkah darurat akan dikerjakan untuk merehabilitasi daerah yang tertimpa musibah," kata Bupati.
Ratusan Rumah Rusak
Dari data yang terus masuk dan dikumpulkan aparat kecamatan yang kemudian dilaporkan ke Bupati, jumlah rumah yang hanyut mencapai 12 rumah, rusak berat 247 buah, rusak sedang hingga ringan 406 unit, dan rusak akibat rendaman lumpur dan air mencapai hampir 1.040 buah.
Khusus di Semaka, pekon yang terendam mencapai delapan pekon dari total 20 pekon, yakni Pekon Pardawaras, Way Kerap, Sedayu, Bangunrejo, Kacapura, Karang Agung, dan Sukaraja. Data kerusakan kemungkinan bertambah karena belum semua daerah yang tertimpa bencana didata.
Saat ini, bantuan terus berdatangan, tetapi jumlahnya sangat terbatas dan tidak semua warga korban banjir bisa mendapatkannya. Air bersih pun sulit diperoleh karena hampir seluruh sumber air rusak.
Pemkab di antaranya menyalurkan bantuan berupa mi instan dan beras. "Bantuan yang sangat dibutuhkan saat ini adalah makanan instan, bahan pakaian, selimut, peralatan masak, dan obat-obatan, serta air bersih," kata Kabag Humas Tanggamus Zainuddin.
Hingga kemarin, hari ketiga pascabanjir dan tanah longsor, hujan masih mengguyur wilayah Kecamatan Semaka dan sekitarnya. Meski ketinggian air menurun, warga di sekitar perbukitan di Pekon Pardawaras, Way Kerap dan Sedayu--terutama wanita, anak-anak, dan lansia--masih mengungsi ke tempat kerabat yang dianggap aman dari terjangan banjir dan tanah longsor. Untuk sementara, kaum pria dewasa bertahan di rumah guna menjaga harta benda mereka.
BENCANA ALAM TANGGAMUS: Satu Keluarga Tewas Terseret Banjir
KOTAAGUNG (Lampost): Di antara korban banjir dan longsor di Kecamatan Semaka, Tanggamus, Minggu (4-10) dini hari lalu, terdapat empat korban yang merupakan satu keluarga.
Empat korban itu adalah pasangan Muhiban (45) dan Sumaini (40), bersama dua anaknya Iwan dan Yana (3), warga Pekon Kampung Baru, Kecamatan Pematangsawa, Kabupaten Tanggamus, yang sedang berkebun di perbukitan di Pekon Sedayu.
Dari keempat orang itu, baru jasad Sumaini (40) yang ditemukan warga, Minggu (4-10), sekitar pukul 10.00, tertimbun material longsoran di Pekon Way Kerap. Saat ditemukan, jasad Sumini tidak mengenakan selembar benang pun dan luka di sekujur tubuh, di antaranya di kening, tangan, dan paha sobek.
Sehari setelah disimpan di kamar mayat RSUD Kotaagung, mayat Sumaini yang waktu ditemukan belum diketahui identitasnya dipindahkan ke RSUD Pringsewu. Kemarin siang, Selasa (6-10), seorang warga Pekon Kampung Baru, Kecamatan Pematangsawa, Tanggamus, bernama Tumrin (50), datang ke RSUD Pringsewu dan mengenal mayat tersebut. Sumaini ternyata adik ipar Tumrin.
"Ini jasad Sumaini, istri adik saya, Muhiban. Selama ini mereka ngumbul (berkebun, red) di Sedayu," kata Tumrin hari itu, didampingi Toto, kepala Pekon Kampung Baru.
Hampir bersamaan dengan diketahuinya identitas Sumaini, warga Sedayu kembali menemukan jasad Muhiban (45), suami Sumaini, tak jauh dari lokasi ditemukannya jasad Sumaini, Selasa (6-10) siang. Warga masih mencari dua anak pasangan tersebut, Iwan (10) dan Yana (3), yang diduga ikut terseret banjir bandang dan tanah longsor.
"Saat tanah longsor terjadi, mungkin keluarga ini semuanya dalam kondisi tidur pulas karena lelah seharian bekerja di kebun, ditambah hawa dingin malam itu," ujar Tumrin, Selasa (6-10), sembari menangis tak henti-hentinya.
Rumah Muhiban berada di umbul, di lereng perbukitan. Ketika tanah longsor, rumah beserta pemilik dan isinya ikut tertimbun tanah longsor dan selanjutnya tersapu banjir yang datang bersamaan. n UTI/R-2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar